Kamis, 24 Juni 2010

Remaja Indonesia Galang Gerakan Anti Korupsi di Internet

Jakarta - Tak bisa disangsikan, media sosial semakin populer di Indonesia. Dalam sebuah hasil riset Youth Laboratory Indonesia menunjukkan bahwa saat ini setiap remaja Indonesia yang berumur 19-25 tahun rata-rata punya 700-an teman di Facebook dan 60 teman di Twitter.

"Selain itu rata-rata anak muda di Indonesia juga aktif di lima situs sosial media," kata Direktur Eksekutif Youth Laboratory Indonesia (YouthLab) Muhammad Faisal. "Di lima tempat media sosial itu mereka secara aktif berkomunikasi dengan teman-teman mereka," imbuhnya.

Menyadari luasnya pergaulan di media sosial tersebut, YouthLab baru-baru ini menggalang gerakan anti korupsi khusus bagi muda-mudi, yakni lewat pendirian komunitas 'Mudagakorup'.

Komunitas ini terdiri dari puluhan anak muda yang peduli terhadap upaya pembersihan bangsa dari penyakit korupsi. Mereka secara militan menuliskan keresahan, gagasan, ketakutan, dan solusi terhadap korupsi melalui blog yang berlamat di www.mudagakorup.blogspot.com, Twitter dan Facebook.

Ide gerakan ini bermula dari inisiasi yang dilakukan YouthLab bersama Universitas Paramadina. Kini, 'Mudagakorup' didukung ReCapital dan TIRI. Perusahaan investasi nasional ReCapital dan LSM Belanda TIRI-Making Integrity Work adalah dua organisasi yang sejak setahun lebih yang lalu menjalin kerjasama dengan Universitas Paramadina dalam program antikorupsi dan good-governance.

Universitas Paramadina sendiri mengaku sebagai pelopor dalam pendidikan anti korupsi kepada kaum muda di Indonesia. Sejak 2008, perguruan tinggi yang dirintis pemikir Islam kenamaan (alm) Nurcholish Madjid itu telah menetapkan ‘anti korupsi’ sebagai mata kuliah wajib bagi mahasiswanya.

Anti Korupsi Tak Lagi Demonstrasi
Menurut Deputi Rektor Universitas Paramadina Wijayanto, gerakan anti korupsi untuk anak muda tidak bisa lagi bersifat 'hit and run' seperti acara pergelaran musik atau demonstrasi di jalan.

"Gerakan anti korupsi harus berkelanjutan, yakni bersifat 'sustainable' dan menggunakan cara-cara khas anak muda. Tantangannya, ada gap komunikasi yang lebar antara generasi kami dan para anak muda," tuturnya.

"Oleh karena itu, anak muda lah yang harus berperan sebagai corong dan salah satu wadah terbaik untuk melakukan gerakan ini adalah sosial media," tambah Wijayanto, dalam keterangan tertulisnya yang diterima detikINET, Kamis (24/6/2010).

Itu sebabnya tim YouthLab dan Paramadina kemudian merekrut 30 anak muda di Jakarta yang dipilih berdasarkan kemampuan mereka membuat perubahan melalui jejaring sosial di lingkungan masing-masing. Di antara mereka ada yang bekerja sebagai presenter radio, ketua BEM dan ketua OSIS.

Sesudah menerima motivasi dan pembekalan dari pihak Universitas Paramadina mengenai program anti korupsi, ke-30 muda-mudi itu menjalankan komunikasi 'word-of-mouse' yang bersifat interaktif dengan kawan-kawan mereka di Facebook, Twitter atau social media lainnya.

Selama 30 hari berturut-turut, ke-30 aktivis muda itu akan menyebarkan pesan lewat posting di media sosial dengan pesan anti korupsi. Selama 30 hari itu juga mereka akan mengenakan kaos T-shirt dan tas dengan pesan-pesan anti korupsi. Dengan demikian, mereka akan menciptakan kesadaran yang luas di kalangan/peer group/teman jejaring mereka.

Kelak bila bola salju gerakan ini terus menggelinding, kita bisa makin optimistis, sehingga nantinya tim sepakbola kita pun bisa makin berjaya.

"Jika tim sepakbola Indonesia dikelola secara bersih, mungkin kita tidak akan bersorak untuk negara lain ketika ada piala dunia seperti sekarang ini,” kata Nisna Amalia, siswi SMUN 8 Jakarta di Twitter-nya. Nisna merupakan satu di antara ribuan anak muda yang kerap mengungkapkan pendapatnya mengenai korupsi di account Twitter 'Mudagakorup'.
( Ardhi Suryadhi-detiknet )
( ash / ash )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar