Senin, 28 Juni 2010

Fenomena Kopi Instan di Lapangan Hijau

Buat apa repot memikirkan investasi pada pemain muda, apabila dengan mengeluarkan uang senilai 140 juta Pounds Anda bisa melihat Kaka dan Cristiano Ronaldo berduet memperkuat klub Anda?
Sebagai manusia modern, kehidupan kita saat ini dikepung dengan segala hal yang berbau instan. Anda ngantuk, ingin kopi, tinggal buka bungkus kopi instan, seduh dengan air panas, dan anda sudah bisa menikmati secangkir kopi hangat, tak kalah dengan hasil seduhan cafe-cafe ternama.
Anda lapar, dan tak punya banyak waktu untuk memasak? Gampang. Saat ini ada banyak makanan seperti mie, bubur, bahkan nasi goreng, tentunya juga instan, tersedia di swalayan-swalayan hingga ke warung-warung dekat rumah.
Saat ini, budaya instan bukan hanya menjadi dominasi urusan perut. Bahkan, sekarang, kita cenderung menginginkan hasil instan di seluruh kehidupan kita.
Ingin kaya dengan cara instan yang minim usaha? Gampang. Banyak paranormal yang memasang iklan siap membantu peruntungan kita. Ingin lulus ujian nasional dengan cara instan? Mudah saja. Tinggal kerja sama dengan oknum yang ada untuk mendapatkan bocoran kunci jawaban, seperti yang marak diberitakan belakangan ini.
Di lapangan hijau, penyakit ini juga sudah merambah. Ingin berprestasi secara instan? Cukup keluarkan uang dalam jumlah besar. Boronglah semua pemain terbaik ke klub anda. Mudah dan simpel. Tak perlu repot-repot mengurusi masalah pembibitan dan regenerasi pemain.
Hal seperti ini bisa dengan mudah bisa dengan mudah kita lihat di dataran Eropa, sebuah tempat di mana sepak bola telah menjadi industri yang berkait dengan uang miliaran pounds.
Di Liga Inggris, kita bisa melihat fenomena Manchester City, Chelsea, dan Liverpool. Ketiga klub tersebut dikenal sebagai klub yang suka sekali membeli prestasi dengan mendatangkan pemain bintang berharga mahal.
Manchester City, dengan kekuatan uangnya berusaha memboyong pemain terbaik yang mereka bisa. Tujuannya hanya satu. Menjadi juara di Liga Inggris secepat-cepatnya. Bahkan, ambisi pemilik City, yang juga jutawan asal Abu Dhabi, Sheikh Mansour bin Zayed ini pernah menyatakan bahwa uang berapapun tidak menjadi masalah baginya, asalkan pemain terbaik berlabel bintang bisa didapat sebagai sarana untuk menaikkan prestise dan prestasi klubnya.
Kondisi ini, terjadi pula di Liverpool. Sejak Rafael Benitez memegang tampuk kepelatihan The Reds, tahun 2004 hingga akhir musim lalu, telah puluhan pemain berlabel bintang malang-melintang di Anfield. Namun, nyaris tak pernah terlihat pemain muda didikan akademi Liverpool yang mampu bermain di klub legendaris Inggris tersebut. Padahal, bersama Ajax Amsterdam, klub ini pernah menjadi klub dengan akademi pemain muda terbaik di dunia. Sungguh ironis.
Jawara Liga Inggris musim ini, Chelsea, juga sempat merasakan periode serupa. Ketika Roman Abramovich baru membeli klub ini, sederetan pemain bintang juga didatangkan ke Stamford Bridge. Alih-alih prestasi, datangnya para pemain bintang ini justru menyingkirkan para pemain asli Inggris, sehingga hanya meninggalkan John Terry sebagai satu-satunya pemain asli Inggris di line-up The Blues.
Kondisi paling mencolok terjadi di Real Madrid. Bisa dilihat ketika Florentino Perez kembali memgang jabatan presiden Madrid, berapa jumlah uang yang dia keluarkan untuk melanjutkan proyek Galacticos-nya. Tak kurang dari 480,3 juta Pounds telah dikeluarkannya untuk memboyong 24 pemain bintang dalam dua kali masa kepemimpinannya di Santiago Bernabeu. Seiring dengan hal itu, kita tidak lagi bisa menyaksikan pemain muda yang bakal melanjutkan kesuksesan Raul Gonzales, sebagai pemain asli didikan El Real yang menjadi ikon klub tersebut.
Kondisi ini, tak luput juga berlangsung di daratan Italia. Yang paling ironis, terjadi di klub yang meraih gelar treble musim lalu, Inter Milan. Klub bernama lengkap Football Club Internazionale Milano ini benar-benar menjadi klub yang 'internasional', seperti namanya. Dari starting eleven yang biasa diturunkan sang pelatih musim lalu, Jose Mourinho (yang juga bukan orang Italia, tidak ada satupun pemain didikan Inter bahkan pemain berkewarganegaraan Italia.
Sekilas, memang tidak nampak ada masalah terkait hal ini. Toh, merupakan hak sebuah klub untuk menggunakan cara apapun, asal tidak melanggar regulasi, untuk meraih sebuah prestasi sekaligus prestise. Namun, kebijakan untuk membeli prestasi secara instan ini bakal terasa kurang layak apabila dihadapkan dengan permasalahan timnas.
Di ajang Piala Dunia 2010, timnas Inggris, yang merupakan salah satu unggulan, mengalami krisis pemain di posisi penjaga gawang. Semenjak pensiunnya David Seaman, otomatis, Three Lions tak lagi memiliki sosok tangguh untuk mengawal gawang mereka. Alhasil, berkat penjaga gawang berkualitas seadanya, Inggris harus terpeleset di laga pertama mereka, ketika Robert Green melakukan sebuah blunder memalukan.
Paceklik kiper di timnas Inggris ini membuat seorang pelatih kawakan Inggris, Harry Redknapp angkat bicara. Menurut pelatih Tottenham ini, situasi mengenaskan ini disebabkan dominasi kiper asing di Liga Inggris, sehingga tidak ada kesempatan bagi kiper Inggris untuk berkembang.
"Lihatlah klub-klub top di Inggris. Semuanya, termasuk Tottenham, menggunakan kiper asing."
"Jadi, yang harus dipikirkan Capello dan FA adalah membuat sebuah rencana untuk menghasilkan Shilton baru dan Banks baru,"ujarnya.
Sementara itu, Italia? Rasanya sudah tak perlu dijelaskan lagi bagaimana babak belurnya Italia di ajang ini. Bahkan, juara bertahan Piala Dunia itu harus tersingkir di fase grup.
Tentu saja banyak yang mengkritik loyonya penampilan anak asuh Marcelo Lippi ini. Namun, banyak lagi yang menyatakan bahwa hal ini tak lepas dari kurangnya bibit muda berpotensi yang bisa mekar di kerasnya persaingan Liga Italia.
Bagi presiden FIGC, Giancarlo Abete, loyonya penampilan Italia dan sebagian besar timnas negara Eropa, disebabkan karena mereka kena tulah ulah mereka sendiri. Bagi Abete, tidak adanya proses pembibitan dan regenerasi yang bagus membuat timnas harus kelabakan mencari bibit unggul, untuk menggantikan pemain senior yang telah menurun kemampuannya.
Namun, memang tidak mudah untuk mengembalikan pembibitan sepak bola pada jalur idealnya. Pasalnya, di era kapitalis ini, dengan mudah, uang bisa menjadi jawaban dari semua pertanyaan. Buat apa susah-susah berjudi untuk menginvestasikan uang pada pembinaan pemain muda yang belum tentu berhasil? Tentu bakal lebih mudah dan terjamin apabila langsung merekrut pemain yang telah memiliki nama besar.
"Real Madrid, sebagai contoh, memiliki anggaran delapan kali lebih besar ketimbang federasi Spanyol. Tidak ada orang yang bisa menghentikan sebuah klub yang ingin meraih banyak gelar, dibandingkan dengan perhatian terhadap pemain muda Spanyol, termasuk Presiden UEFA, Michel Platini," ujar Abete, dengan nada pesimis.
Lalu, harus pesimiskah kita dengan kenyataan seperti ini? Apa yang harus kita lakukan agar sepak bola kembali menjadi hal yang menawarkan kesempatan bagi semua orang, dan bukan hanya segelintir saja?
Terus terang hingga saat ini, saya masih belum menemukan jawabannya. Mungkin, kita harus mengembalikan sepak bola sebagai sebuah olahraga dan hiburan, bukan sekedar komoditas bisnis semata. Selain itu, mungkin, kita juga harus mengembalikan olahraga ini pada para pecintanya, bukan menyerahkannya pada para pengusaha, yang hanya mengeruk keuntungan dari hal ini.
Namun, siapkah kita melawan logika profesionalisme sepak bola? Yang paling penting, bagi penggemar sepak bola, sudah siapkah kita melihat klub kesayangan kita mengalami paceklik gelar, namun selalu menghasilkan pemain bintang?
Sementara pusing mencari solusi masalah ini, izinkanlah saya menyeduh kopi terlebih dahulu. Kopi yang bukan instan tentunya.
Bola.net - oleh: Dendy Gandakusumah*
*Penikmat kopi seduh dan sepak bola (kpl/bola)

Kamis, 24 Juni 2010

Remaja Indonesia Galang Gerakan Anti Korupsi di Internet

Jakarta - Tak bisa disangsikan, media sosial semakin populer di Indonesia. Dalam sebuah hasil riset Youth Laboratory Indonesia menunjukkan bahwa saat ini setiap remaja Indonesia yang berumur 19-25 tahun rata-rata punya 700-an teman di Facebook dan 60 teman di Twitter.

"Selain itu rata-rata anak muda di Indonesia juga aktif di lima situs sosial media," kata Direktur Eksekutif Youth Laboratory Indonesia (YouthLab) Muhammad Faisal. "Di lima tempat media sosial itu mereka secara aktif berkomunikasi dengan teman-teman mereka," imbuhnya.

Menyadari luasnya pergaulan di media sosial tersebut, YouthLab baru-baru ini menggalang gerakan anti korupsi khusus bagi muda-mudi, yakni lewat pendirian komunitas 'Mudagakorup'.

Komunitas ini terdiri dari puluhan anak muda yang peduli terhadap upaya pembersihan bangsa dari penyakit korupsi. Mereka secara militan menuliskan keresahan, gagasan, ketakutan, dan solusi terhadap korupsi melalui blog yang berlamat di www.mudagakorup.blogspot.com, Twitter dan Facebook.

Ide gerakan ini bermula dari inisiasi yang dilakukan YouthLab bersama Universitas Paramadina. Kini, 'Mudagakorup' didukung ReCapital dan TIRI. Perusahaan investasi nasional ReCapital dan LSM Belanda TIRI-Making Integrity Work adalah dua organisasi yang sejak setahun lebih yang lalu menjalin kerjasama dengan Universitas Paramadina dalam program antikorupsi dan good-governance.

Universitas Paramadina sendiri mengaku sebagai pelopor dalam pendidikan anti korupsi kepada kaum muda di Indonesia. Sejak 2008, perguruan tinggi yang dirintis pemikir Islam kenamaan (alm) Nurcholish Madjid itu telah menetapkan ‘anti korupsi’ sebagai mata kuliah wajib bagi mahasiswanya.

Anti Korupsi Tak Lagi Demonstrasi
Menurut Deputi Rektor Universitas Paramadina Wijayanto, gerakan anti korupsi untuk anak muda tidak bisa lagi bersifat 'hit and run' seperti acara pergelaran musik atau demonstrasi di jalan.

"Gerakan anti korupsi harus berkelanjutan, yakni bersifat 'sustainable' dan menggunakan cara-cara khas anak muda. Tantangannya, ada gap komunikasi yang lebar antara generasi kami dan para anak muda," tuturnya.

"Oleh karena itu, anak muda lah yang harus berperan sebagai corong dan salah satu wadah terbaik untuk melakukan gerakan ini adalah sosial media," tambah Wijayanto, dalam keterangan tertulisnya yang diterima detikINET, Kamis (24/6/2010).

Itu sebabnya tim YouthLab dan Paramadina kemudian merekrut 30 anak muda di Jakarta yang dipilih berdasarkan kemampuan mereka membuat perubahan melalui jejaring sosial di lingkungan masing-masing. Di antara mereka ada yang bekerja sebagai presenter radio, ketua BEM dan ketua OSIS.

Sesudah menerima motivasi dan pembekalan dari pihak Universitas Paramadina mengenai program anti korupsi, ke-30 muda-mudi itu menjalankan komunikasi 'word-of-mouse' yang bersifat interaktif dengan kawan-kawan mereka di Facebook, Twitter atau social media lainnya.

Selama 30 hari berturut-turut, ke-30 aktivis muda itu akan menyebarkan pesan lewat posting di media sosial dengan pesan anti korupsi. Selama 30 hari itu juga mereka akan mengenakan kaos T-shirt dan tas dengan pesan-pesan anti korupsi. Dengan demikian, mereka akan menciptakan kesadaran yang luas di kalangan/peer group/teman jejaring mereka.

Kelak bila bola salju gerakan ini terus menggelinding, kita bisa makin optimistis, sehingga nantinya tim sepakbola kita pun bisa makin berjaya.

"Jika tim sepakbola Indonesia dikelola secara bersih, mungkin kita tidak akan bersorak untuk negara lain ketika ada piala dunia seperti sekarang ini,” kata Nisna Amalia, siswi SMUN 8 Jakarta di Twitter-nya. Nisna merupakan satu di antara ribuan anak muda yang kerap mengungkapkan pendapatnya mengenai korupsi di account Twitter 'Mudagakorup'.
( Ardhi Suryadhi-detiknet )
( ash / ash )

Selasa, 15 Juni 2010

Jangan Benci Vuvuzela


Foto: Para pendukung meniup vuvuzela di pantai Durban, pada hari pertama gelaran Piala Dunia 2010. (JAVIER SORIANO/AFP/Getty Images)

Ini Piala Dunia pertama yang pertandingannya konstan diiringi suara lebah. Jutaan lebah. Mirip lalat juga. Bukan karena stadion letaknya dengan tempat pembuangan akhir sampah di Afrika Selatan, tapi bunyi dengung itu berasal dari vuvuzela, semacam terompet khas sana. Bahannya dari plastik.



Bunyinya sih tak beda jauh dari terompet yang biasa dipakai pendukung The Jak di sini. Tapi, ketika berbunyi berbarengan sestadion, suaranya luar biasa bising.



Nah, jadilah vuvuzela kontroversial. Ada yang bilang vuvuzela bisa merusak pendengaran, karena bunyi bising konstan menderu gendang telinga. Ada juga yang khawatir tak bisa mendengar pengumuman bila, amit-amit, stadion harus dievakuasi. Ruth MecNerney, dokter asal Inggris, kepada AP mengatakan vuvuzela berpotensi menyebarkan virus demam dan flu, "Mengingat banyaknya udara yang ditiupkan lewat vuvuzela," kata dia.



Kebisingan vuvuzela juga bisa mengganggu pemain. Pelatih harus berteriak lebih keras ke anak-anak yang tengah merumput di lapangan. Tim Denmark misalnya, jadi tak bisa berkomunikasi. "Kami harus menggunakan kontak mata," kata kiper Thomas Sorensen.



Kata Sorensen, apa pun yang ia teriakkan kepada para bek tak bisa terdengar. Bermain untuk Stoke City di Inggris, ia sudah terbiasa dengan kebisingan chant para pendukung. Tapi vuvuzela, wah beda lagi. Ah, mungkin itu sebabnya dua kali bola nyelonong ke gawangnya saat melawan Belanda.
Tapi, keinginan sejumlah pihak untuk menyingkirkan bahkan melenyapkan vuvuzela dari ritual Piala Dunia, setidaknya di Afrika Selatan, segera pupus. Dengan alasan vuvuzela adalah ikon sepakbola setempat, maka Presiden FIFA Sepp Blatter pun menegaskan menolak permintaan melarang vuvuzela.



Di sebuah wawancara, pemain tengah Spanyol Andres Iniesta diminta mencoba vuvuzela. Ragu-ragu, ia mencoba. Sudah siap ia mengumandangkan bunyi membahana kepada pemirsa televisi yang menanti-nanti dengan cemas (mungkin). Tapi hasilnya, bah, bunyi 'ngok' pun tak keluar.



Iniesta menyerah! Ia memulangkan si vuvuzela ke tangan pembawa acara, yang dengan mudah membunyikan vuvuzela. Sebagai seorang atlet dengan determinasi tinggi, Iniesta tentu mencoba untuk kedua kalinya. Pfhuuuuuttt!!! Lagi-lagi ia gagal.

Vuvuzela vs Iniesta? 2-0! (Oleh Dodi Ibnu Rusydi)







Gol-Gol Bunuh Diri di Piala Dunia

Jakarta - Selalu ada gol bunuh diri dan pemain Denmark adalah tim pertama yang membuatnya di Piala Dunia 2010, saat mereka bertanding melawan Belanda di partai pertama mereka di Grup F.



Momen itu terjadi di awal babak kedua. Mencoba memotong umpan silang Robin van Persie, tandukan Simon Poulsen mengenai tubuh Daniel Agger dan bola meluncur ke gawang Thomas Sorensen. Denmark kemudian kalah 0-2.



Sejarah gol bunuh diri di Piala Dunia pertama kali terjadi di tahun 1938 oleh pemain Swiss, Ernst Lotscher, ketika melawan Jerman Barat di putaran pertama.



Piala Dunia 1954, 1998 dan 2006 adalah Piala Dunia yang paling banyak tercipta gol bunuh diri sebanyak empat gol. Laga AS melawan Portugal di Piala Dunia 2002 tercatat sebagai pertandingan yang melahirkan gol bunuh diri paling banyak, yakni dua gol -- satu untuk masing-masing tim.



Di tahun 2006 terdapat empat gol yang dicatat sebagai bunuh diri atas nama Cristian Zaccardo (Italia), Carlos Gamarra (Paraguay), Brent Sancho (Trinidan & Tobago) dan Petit (Portugal).



Salah satu cerita unik tentang own goal ini adalah yang dilakukan Ernie Brandts di Piala Dunia 1978. Saat melawan Italia, ia membuat gol ke gawangnya sendiri di menit 19, tapi menebus dosanya itu dengan mencetak gol penyama di menit 49, dan akhirnya Belanda menang 2-1.



Peristiwa gol bunuh diri yang paling fenomenal adalah di Piala Dunia 1994. Setelah membobol gawang timnya sendiri saat melawan Amerika Serikat, bek Kolombia Andres Escobar ditembak mati oleh sekelompok orang setelah kembali ke negaranya.(oleh Viola Kurniawati - Piala Dunia)







(a2s/arp)

Ronaldo Kencani Model Lingerie

Madrid - Cristiano Ronaldo sepertinya punya cara khusus untuk mempersiapkan diri menghadapi Piala Dunia. Jelang event akbar di Afrika Selatan itu, CR9 dikabarkan punya pacar baru.



Sama seperti kekasihnya yang sudah-sudah, di mana dia mengencani publik figur, pacar terbaru Ronaldo ini adalah seorang model. Namanya Irina Sheik, wanita cantik berusia 24 tahun itu adalah seorang model lingerie atau pakaian dalam asal Rusia.



Hubungan Ronaldo dengan Irina mulai terendus media Spanyol dan Inggris di penghujung Mei lalu. Keduanya dikabarkan sudah menghabiskan akhir pekan bersama di sebuah kapal mewah di sekitar Italia beberapa waktu lalu.



Tak diketahui bagaimana Ronaldo dan Irina mulai bertemu. Namun seperti dikutip dari GossipCenter, kedua orang yang tengah dimabuk cinta itu belakangan makin sering bertemu.



Irina adalah salah satu model pakaian dalam papan atas saat ini. Wanita cantik berambut coklat dan bermata hijau itu sempat menjadi model produk-produk Victoria's Secret serta tampil di edisi tahunan pakaian renang majalah Sports Illustrated.(oleh Doni Wahyudi - detiksport)




( din / arp )

Ini Dia Hotel yang Dikritik Menpora Prancis


Para pemain Prancis rupanya masih sebal dengan kritikan menteri olahraganya Rama Yade. Saking sebalnya pemain Les Blues ogah menemui Yade yang tengah bertandang ke Afrika Selatan. "Para pemain sangat marah dengan pernyataan ibu menteri. Dia juga tidak mau bergabung dengan kami mendatangi lapangan ini," kata gelandang Eric Abidal.



Semua gara-gara kritikan Yade sendiri. Perempuan berusia 34 tahun itu menilai keputusan timnas Prancis untuk menginap di hotel yang mahal selama pelaksanaan Piala Dunia 2010 sebagai pemborosan.



Selama di Afsel, skuad Prancis bermarkas di Pezula Resort Hotel & Spa, sebuah hotel bintang lima di Kynsna, di Tanjung Barat Afrika Selatan yang menghadap langsung ke Samudra Hindia. Media lokal menyebut rate kamar paling murah di hotel itu adalah 595 dolar per malam.



Dalam laman resminya, Pezula menyebut hotel yang dibuka Februari 2005 itu sebagai Africa's most luxurious Resort. Hotel ini dilengkapi dengan 75 kamar suite, spa, gym, dan lapangan golf.



"Secara pribadi saya tidak akan memilih hotel ini," kata Yade dalam wawancara dengan Radio J beberapa waktu lalu. Alasan Yade di tengah prestasi Prancis yang tengah buruk, eh, para pemainnya malah nginap di hotel mahal.



Emang seperti apa sih hotel Prancis? Ini beberapa foto dari laman resmi mereka:

Wuihh.. keren abis. Ya panteslah para pemain Prancis senang tinggal di hotel ini.
Tapi Yade nampaknya ragu dengan kemampuan timnasnya. Di pertandingan pertama Grup A, Sabtu kemarin, Prancis ditahan imbang 0-0 oleh Uruguay. Ia bahkan sempat mengancam, jika Prancis gagal di babak penyisihan (seperti yang terjadi di Piala Dunia 2002 dan Eruo 2004), mereka harus membayar sendiri tagihan hotelnya. Nah lo...(Oleh Raju Febrian)



Photos: 2010 FIFA World Cup Organising Committee South Africa via Getty Images; www.pezula.com





Senin, 14 Juni 2010

Bahasa 'Gaul' Afsel


Johannesburg - Seperti di Indonesia dan banyak negara lainnya, Afrika Selatan juga punya bahasa pergaulan yang unik. Buat Anda yang ingin menyaksikan Piala Dunia 2010, silakan menyimak pelajaran singkat ini.Howzit. Sapaan yang cukup umum di Afrika Selatan. Merupakan singkatan dari 'how is it going'.Bru. Kependakan dari 'brother'. Sapaan yang digunakan pada teman dekat laki-laki. Misalnya, 'Howzit Bru?'Yebo. Bahasa Zulu (salah satu suku dengan populasi terbesar di Afsel), yang berarti 'Ya', dan kini digunakan hampir di seluruh wilayah Afrika Selatan.Jozi. Sebutan lain untuk Kota Johannesburg. Sering juga disebut dengan Joburg.Lekker. Bahasa warga Afrika yang berarti 'luar biasa', 'fantastis',. Bisa digunakan pada orang atau objek tertentu.Ag Shame. Ekspresi simpati atau saat merasa terganggu oleh sesuatu.Eish. Pernyataan seruan saat merasa jengkel, marah atau terganggu.Braai. Bahasa asli Afrika yang merujuk pada pesta daging panggang, yang umumnya dilengkapi dengan saus yang dibuat khusus.Sharp. Sebuah pertanda akan persetujuan terhadap sesuatu, meski juga digunakan untuk mengucap salam perpisahan. Dia umumnya disebut dua kali (Sharp-sharp). (Doni Wahyudi - Piala Dunia)

Jumat, 11 Juni 2010

Latihan Unik ala Maradona


Diego Maradona terkenal sebagai pribadi yang nyeleneh. Kelakuan unik pemberi gelar juara dunia 1986 ini rupanya tertular sampai cara dia melatih tim nasional Argentina. Hari ini, sebuah stasiun televisi Argentina melansir video yang menunjukkan cara unik pelatih berusia 50 tahun tersebut.
Pada akhir sesi latihan yang berlangsung Selasa (8/6) kemarin, ia membagi para pemainnya menjadi dua kelompok. Yang pertama adalah tim yang menang saat latihan. Tugasnya, sederhana, melakukan tendangan langsung ke arah gawang dari jarak sekitar 20 meter.
Di kelompok ini terlihat antara lain bintang Barcelona Lionel Messi, penyerang Real Madrid Gonzalo Higuain, gelandang Atletico Madrid Maxi Rodriquez, dan gelandang veteran Juan Sebastian Veron yang memperkuat klub Estudiantes.
Nah, yang unik, kelompok kedua adalah tim yang kalah. Sekitar tujuh orang diminta berdiri--lebih tepatnya membelakangi--tepat di garis gawang. Kelompok penendang kemudian berusaha memasukkan bola ke arah gawang. Alhasil, mereka yang berada di gawang harus melindungi kepalanya agar tak terkena bola. Meski tidak terlihat jelas siapa-siapa saja yang harus rela jadi target sasaran tapi di antara mereka terlihat striker jangkung Boca Junior, Martin Palermo, serta... Maradona sendiri.
Ada-ada saja memang. Tapi, mudah-mudahan teknik latihan ini bisa dipakai Argentina saat berlaga di Grup B. Tim Tango akan membuka pertandingan melawan Nigeria di Ellis Park Stadium, Johannesburg pada 12 Juni. Lima hari kemudian, Lionel Messi dan kawan-kawan bertemu Korea Selatan sebelum menghadapi Yunani di Peter Mokaba Stadium, Polokwane, pada 22 Juni. http://id.sports.yahoo.com/football/world-cup/video/#video=20236177 Oleh Raju Febrian (id.sports.yahoo.com)